Sebuah kata dengan banyak makna yang tersirat

Sebuah kata dengan banyak makna tersirat

Friday, July 12, 2013

Curhat Gaje #chapter 3

Aku, Kau, dan Rasa Ini
By : Ifana Devi Mumtahanah

Kau tahu?
Tak selamanya di sampingmu membuatku bahagia
Ada kalanya kau justru membuatku menangis
Menangis karena terlalu takut bila harus melepasmu
Kenapa secepat ini?
Kukira taka akan ada RASA
Ternyata salah!
Aku salah menafsirkan keadaan yang ada!
Kenapa aku sebodoh ini?
Kenapa aku justru memiliki RASA itu?
Jangan tanyakan mengapa karena aku tak tau
Hey, jangan buat jarak diantara kita bertambah kentara dong
Jangan seperti ini
Jangan perlakukan aku sesuka hatimu
Semua ini buatku berfikir kau juga memiliki RASA itu!
Apa kau juga bersikap sama terhadap gadis-gadis bodoh lain di luar sana?
Yang bisa kau kendalikan?
Entahlah..
Apa ini termasuk penyimpangan sosial?
Ah, bukan!
Bukan penyimpangan sosial, tapi penyimpangan RASA!
Mungkin tuhan senang melihatnya!
Sekarang kita teman
Dulu pun begitu
Tapi.. Ah, entahlah
Silahkan tertawa!
Sepuasmu, sesukamu!
Bila kau menganggap ini hanya sekedar lelucon penghantar tidur
Tapi selepasnya kau harus tau apa arti RASA itu

Tak perlu kutegaskan
Mataku, sentuhanku, ucapanku
Semua itu, CINTA


Ifana Devi Mumtahana
29 April 2012
18:18


Ini dulu aku buatnya sambil nangis loh. haha, miris banget. Dan perlu di underline, ini KISAH NYATA. Kisahnya aku. Huhu, jadi pengen nangis lagi :'(


Curhat Gaje Chapter 2 haha

Well.. Ini Aku!!
By: Ifana Devi Mumtahana

Bukan maksut mau nilai diri sendiri. Tp gmna ya.. Sempet kaget aja td di sekolah ada yg nyindir aku. Walau pura-pura g denger dan tetep stay cool, tp otak ku tetep aja keganggu. Risih kalo dibenci diem diem. Kalo benci ya bilang aja benci. G usah sok manis di depan, tp jd toa di belakang. 


Aku ya emang kaya gini. Ini udah jd karakter yg kebentuk selama aku 16 tahun bersosialisasi di dunia. 


Aku emang orangnya egois. Well, manusia mana sih yg g egois? 

Apalagi aku lebih mentingin diri sendiri ketimbang orang lain. Ya, namanya bela diri aja. 
Aku tuh bukan bidadari yg siap bantu manusia lain yg lg kesusahan. Aku jg manusia biasa. Paling paling aku cuma bisa bantu duit. Yah, walau pada dasarnya aku ini orang g punya. Tp apa sih ya, aku emang gini. 

Aku nulis ini jg bukan tanpa alasan. Aku punya tujuan. Walau g tertulis secara tersurat, tp aku yakin ada yg bisa nangkep makna tersiratnya. 


Aku galak. Well, aku sering bentak-bentak orang kalo lg kesel. 


Aku g suka sama anak kecil. Mungkin karna aku anak bungsu dan g terbiasa ngadepin anak kecil. Aku g suka saat mereka masuk kamarku, berantakin dan ngegeledah semua barang-barangku. Apalagi bila mereka pipis dikasurku. Oh god, rasanya pengen kubuang anak itu bila tak mengingat ada ibunya diruang tamu. 

Aku sebel semuanya tentang anak kecil. Mereka imut? Hah, g ada imut-imutnya bagiku. Dimataku mereka itu seorang monster kecil yg siap melemparkan boomerangnya padaku. Ujung-ujungnya aku yg dimarain jika ada apa apa. Aku benci itu! 

Aku jg g suka keramaian. Sumpek! 

Biasanya ketika kumpul keluarga, aku ngumpet dikamar buat telfonan sama pacar atau temen-temenku. Menurutku, orang-orang tua itu kolot dan membosankan. 

Aku itu boros. G bisa nyimpen duit dlm jangka waktu lama. Selalu dan selalu kepincut sama barang barang unik di swalayan. Pokoknya, duit di dompetku g akan bertahan lama. 


Aku matre. Ilfeel? Gapapa! 

Emang itu sifatku kok. 
Aku punya pacar lebih sering cari yg tajir dr pada ganteng. Biarin aja. Aku bisa minta antar jemput kapanpun dimanapun. Aku bisa minta pulsa, dan bila perlu, minta bayarin ke salon. 

Oh iya, aku ini cewek salon. Aku bisa ngabisin seluruh liburan semesterku hanya untuk merawat diri. 

Biasanya, aku sebulan dua kali kesalon buat facial dan creambath. 
Aku g suka punya jerawat. Jd sebisa mungkin, aku berusaha menghilangkan jrawat jerawat di wajahku. Walaupun harus meng'korupsi' duit SPP. 
Bahkan aku bisa kehabisan waktu belajarku hanya karena berdiam diri di kamar mandi untuk luluran. 

Aku punya banyak sekali kekurangan kan? Iya aku tau itu. Tp dibalik semua kekurangan itu, bukan berarti aku jelek kan? Aku tetap punya sisi baik, walau hanya satu dua orang yg dapat melihatnya. 


Disini, aku tdk akan menjabarkan kelebihanku. Aku tdk mau di katai sombong seperti siang tadi. Cukup saja kutulis semua kekuranganku. Agar mereka tdk kaget bila menemukan sisi buruk lain pada diriku. 


Dan untuk She. Si cewek rempong yg ngatain aku sombong hanya karna aku bilang mau kesalon sepulang sekolah. Iyuh!! 

Tuh baca! Itu udah kutulis semua keburukanku. Jadi, kamu g perlu lagi menyebar luaskan berita basi' yg tak bermutu. 

Selingan aja, 

aku suka nulis. Itu salah satu dari sekian banyak cita-cita ku kelak. PENULIS. Aku menulis apapun. Semua kejadian yg kupikir menarik, akan segera kutulis. Semuanya. Senang sedih, galau, duka. Disekolah, dirumah, dipasar, diangkot. Malam, pagi, siang, sore. 
Itu tak akan jd penghambat. Selagi masih ada pulpen dan buku. Aku akan tetap menulis. 

Setelah membaca catatan ini, aku tdk bisa menebak apa reaksi kalian. Apa kalian akan membenciku. Menjauhiku, membatalkan pertemanan denganku.. 

Aku tdk tau. Jd semuanya kembali pd kalian semua. 
Terserah kalian mau menilaiku bagaimana.. 
Aku terima, 
anggap aja ini sebuah koreksi diri :') 
Berkaca sebelum melakukan tindakan apapun menyangkut perasaan orang lain. 

ifana devii 
12.01.13 
20:30

Sederhana Saja

Sederhana Saja


By: Ifana Devi Mumtahana




Sesaat aku tersadar. Tp kemudian kembali terpukau. Kau indah. Dan kau nyata, tak sekedar bayang2 semu. 

Aku menyampaikan rasaku. Padamu. Lewat angin. Berharap ia akan membisikkan kalimat mesra, bermakna apa yg kurasa. 

Aku menitipkan cintaku pada bulan. Berharap ia akan menampakkan wajah tersenyumku, saat kau melihatnya. Agar kau tau betapa aku mencintaimu. 

Aku menyisipkan separuh rinduku pada awan. Berharap ia akan selalu menaungimu dg aman nya. Agar kau slalu terjaga disetiap detil rindu itu. 

Aku. Aku. Aku. 

Aku mencintaimu secara sederhana. 
Aku menyayangimu secara sederhana. 
Aku merindukanmu secara sederhana. 
Begitu sederhana sampai2 kau msh saja menilaiku. Dan terus menilaiku hingga sekarang. Kadang aku berfikir tentang hatimu. Berusaha menebak apa yg sedang kau rarakan. Apa yg ada dihatimu. Mungkin masih ada celah. Untukku, untukmu. 
Kau selalu berbicara padaku tentang argumenmu. Dan aku hanya bertanya. Sampai kapan lagi? Kau membuatku menunggu yg bukan merupakan kewajibanku untuk menunggu. Kau selalu menimbang2, kau terlalu selektif. Kau terlalu kritis dalam menilai. 

Apa yg kau tunggu? 
Apa yg kutunggu? 

Kamu berbicara tentang kamu. 
Aku berbicara tentang aku. 
Kapan kita berbicara tentang kita? Aku dan kamu. 

Aku ingin. Saat dimana kita berbicara tentang rindu. Rindu yg didalam nya ada aku dan kamu. Ada kita. 


Ifana devi 
27 april 2013 
21:23

Currently

Currently
By: Ifana Devi Mumtahana


Seberapapun besar keinginanku, aku tetap tak bisa. Aku tak mau lagi tersulut api sendiri.. tanpamu..

***

"Aku tak memintamu menangis. Jadi, berhentilah!"

Dia egois lagi. Aku sudah muak. Bukankah menemaninya adalah kewajibanku? Kenapa dia tak menghargai itu?

"Apa pedulimu?" Ujarku berapi-api. Segera kuusap pipiku yg telah basah oleh air mata.

"Aku tidak suka. Kalau mau menangis, menangis saja sana diluar"

Dengan emosi yang sudah tak bisa kukendalikan lagi, aku berlari keluar.
Brakk..
Kubanting pintu keras-keras.

***

Aku terduduk disebuah bangku panjang di tengah taman kota, dengan banyak bungkus es krim yg tergeletak disampingku.

Sekelilingku sepi. Hanya kutemui beberapa pasang muda-mudi, yg berjalan melewatiku sambil bergandeng tangan dan sesekali tertawa riang.

Udara lembab sehabis hujan seperti ini memang favoritku. Walau sedikit membuatku menggigil karena dinginnya.
Hujan telah berhenti, tp awan hitam masih menjalankan tugasnya menaung indah disekitar atasku.

"dingin-dingin makan es krim"
aku menoleh kaget kesumber suara.
Seora laki-laki dengan jaket hitam yg melekat hangat ditubuhnya.

"aku pengen. Masalah?"

"enggak sih. Terserah lo aja" laki-laki itu lantas duduk disebelahku. Lama ia terdiam, setelah akhirnya mengambil salah satu es krimku dan membukanya.

"hey, itu es krim gue!" ucapku sewot seraya membenahi es krim-es krimku yg lain.

Laki-laki itu menoleh, tersenyum manis, lalu mulai menjilati es krim coklat milik ku. Tadi, dia bilang dingin-dingin tidak boleh makan es krim, tapi dia sendiri malah memakannya. Aneh..

Kami menikmati es krim masing-masing dalam diam.


beberapa waktu kemudian, Aku dan dia sama sama telah menghabiskan sebungkus es krim.

Aku membuka satu lagi, dan mulai memakannya. Tapi, dia tidak. Dia tetap diam, dengan pandangan lurus ke depan.

"Lo pasti lagi ada masalah"

uhuk uhukk..
Aku menoleh kaget kearahnya. Bagaimana bisa dia tau?

"santai aja makannya. Gue g berniat minta lagi kok.. Dingin.."
dia berbicara dengan santainya. Jari-jari tangannya mulai menyusuri sekitar bibirku yg belepotan. Diusapnya sambil tersenyum.

"jangan benci dia. Walaupun dia sering nyakitin elo, percayalah.. Dia bakal terus jadi bagian dari hari-hari lo. Sampai akhir." dia kembali berbicara seolah dia tau segala apa yg sedang ku fikirkan.

"gimana lo bisa tau? Elo.. Elo paranormal?" aku bertanya dengan nada curiga.

Berbalik denganku, dia malah tersenyum penuh arti. Mata hitam nya menyorot tajam ke manik mataku. Tapi, sedetik kemudian, mata tajam itu menatapku teduh. Baru kusadari dia amat tampan..

"gue harus pergi. Gue harap bisa ketemu lo lagi dilain waktu" Dia berdiri dan berjalan meninggalkanku yg masih termangu.

Aku menatap punggunya yg kian menjauh dengan mata berbinar binar.

***

ceklekk..

Klontang-klontang.

Sepertinya suara itu berasal dari dapur. Aku segera berlari kesana. Benar saja..

"hey, lama sekali kau pergi? Aku lapar"
aku tersenyum. Entah bagaimana. Semua kekesalanku tadi menghilang.

Dapur, ini sudah tak berbentuk. Alat alat sudah banyak berserakan dilantai. Seperti kapal pecah.

Aku segera mendekat pada laki laki bertubuh tegap yg tak lain adalah suamiku sendiri. Kuambil alih pekerjaan nya. Rupanya dia sedang memasak mie instan.

"tadi, aku lapar sekali. Tapi tidak ada apapun dimeja makan. Akhirnya aku masak mie" aku menoleh kearahnya. Dia nyengir. Cengiran yg khas :)

Masih dengan tersenyum, kupindahkan mie yg sudah matang dari panci ke mangkuk.
Lalu membawanya kemeja makan. Die mengekoriku dari belakang.

Dengan lahap dia mulai memakan mie itu. Aku hanya duduk menatapnya sambil tersenyum.

"mau?" tawarnya. Aku mengangguk. Dia menyuapiku, lalu ku trima dengan senang hati.

"Aaa.. Panas.. Huhuhuh" sialan! niat sekali dia mengerjaiku.

"hahaha, makanya ditiup dulu. Welk.."
aku cemberut.

***

Dia suami yg sangat kucintai. Walau kadang menjengkelkan.

Dan mungkin inilah alasan mengapa aku tak bisa berpaling. Tak bisa pergi. Tak bisa meninggalkan nya. Karna dia suamiku :')
Walau tak pernah ada kata maaf setelah bertengkar, tapi dia selalu bisa mengembalikan suasana seperti sedia kala.

oh iya.. Laki-laki ajaib tadi.. Siapa yah dia?
Ah.. Siapapun dia, kuucapkan banyak trimakasih.. :DD

***



ifana devii
22 Januari 2013
09:31


gaje akuuttttttt!!
maap :'(