Sebuah kata dengan banyak makna yang tersirat

Sebuah kata dengan banyak makna tersirat

Sunday, June 30, 2013

What The Hell??

What The Hell??
By: Ifana Devi Mumtahana


Begitu banyak cerita tentang cinta yang pernah aku dengar, pernah aku tonton, pernah aku baca, dan pernah orang-orang ceritakan padaku. Dan semuanya berujung manis. Cinderela, Snow White, Rapunzel. Sepertinya, sang pembuat cerita memang pernah merasakan sendiri betapa manisnya cinta, betapa membahagiakannya ending, dengan alur yang membuat semua penonton mengeluarkan berbutir-butir air mata haru.

Tapi bagaimana bila aku yang menciptakan cerita itu? Mungkin akan berkebalikan. Karena yang kurasakan berbanding terbalik dengan itu semua..

***

Aku begitu sibuk memasang beberapa pita cantik dengan hiasan gliter kuning keemasan di dinding ruangan yang sedang kudekor. Berkali-kali aku memasang, tapi tak sampai lima menit aku sudah membongkarnya kembali. Ahh.. kenapa susah sekali hanya membuat hiasan dinding yang begitu sederhana? Padahal ini sudah kurancang dengan desain yang seminimalis mungkin.

Aku menghela nafas. Rasanya lelah sekali. Untung teman-teman mau membantuku mendekorasinya supaya terlihat seromantis mungkin.

“Ara, ini rotinya kamu aja yah yang hias. Takut salah” Liana menghampiri aku yang sedang duduk di samping sebuah akuarium kecil. Di tangannya, bertengger manis kue ulang tahun bermandikan coklat yang kelihatannya begitu lezat. Dia memang jago sekali membuat kue.

“yaudah sini,” ucapku seraya menerima kue lezat itu. Tanganku segera mengambil krim berwarna putih dan mulai mengukirkan sebuah nama. Walau aku tak cukup berbakat dalam masalah ini, tapi setidaknya aku bisa sedikit menghiasnya supaya lebih enak dipandang.
Happy Birthday Honey
kalimat itulah yang kutuliskan disana. Dengan bermodalkan PeDe yang tinggi, kutambah lagi tulisannya.
Ara love Zarro

“yaelah, norak lo!” cibir Wanda, temanku yang bertugas membungkus kado yang telah kusiapkan.

“yee, biarin. Sirik aja” balasku. Haha, kuakui, ini memang ‘sedikit lebay’. Tapi apa salah bila ini terjadi pada orang yang sedang kasmaran?

                Biar sedikit kujelaskan. Hari ini, tanggal 29 April 2013, pacarku, pacar baruku, berulang tahun yang ke 18. Dan ini adalah ulang tahun pertamanya saat menjalin hubungan spesial denganku. Jadi tidak boleh disia-siakan dong ya.

Oleh ide yang dicetuskan Liana seminggu yang lalu, aku berhasil membuat kejutan kecil-kecilan untuk pangeran tampanku. Aku sudah membeli kado, membuat kue, mendekor ruangan, dan menyiapkan semuanya dengan sangat matang. Dan tentunya tanpa sepengetahuan Zarro ya.

Kuedarkan pandanganku keseluruh sudut ruangan. Meneliti dan mengoreksi kembali. Aku tidak mau sampai ada hal yang ‘kurang’ saat acara nanti. Pokoknya, malam ini akan kujadikan sebagai malam terindah untuk zarro. Aku tidak akan mengecewakannya. Itu tekadku.

Aku mengangguk mantap. Tidak sia-sia keringat yang sudah kukeluarkan untuk menyiapkan surprise party ini. Hasilnya memang topmarkotop! Ruang tamu kost ku yang semula hanya berisikan kursi-kursi tua, kini sudah kusulap menjadi ruangan elegan penuh hiasan cantik.

“yaudah Ra, buruan kamu hubungin Zarro-nya” usul Liana. Aku mengangguk menyetujui. Kuraih pnselku yang sedari tadi tak ku pegang.

To: Zarro-Ku
Kamu masih dikampus sayang?
Sent.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya balasan yang kunantikan pun datang.

From: Zarro-Ku
Masih, tugas numpuk.

To: Zarro-Ku
Aku kesana ya..


From: Zarro-Ku
G usah say,aku masih lama.

“yah, Zarro g ngebolehin aku nyusul dia”ucaku seraya mengerucutkan bibir. Aku memperlihatkan percakapan singkatku dengan Zarro pada Wanda dan Liana.

“yaelah, namanya juga kejutan. Kenapa lo kasih tau kalo lo mau kekampus dia dodol?” ucap Wanda gemas.

“iya ih, Ara lola deh. Udah, kamu tinggal kekampus dia aja, trus langsung seret dia kesini” saran Liana.

“kalo dia nggak mau gimana?” ucapku sambil membayangkan betapa susahnya membujuk Zarro untuk pergi bersamaku ke tempat kost.

“pokoknya harus mau. Udah, ayok kita capcus kesana!”

***

Parkiran Universitas Indonesia. Di tempat inilah sekarang kami bertiga berada. Dengan gaya bak mata-mata Wanda dan Liana mengintip dari balik sebuah mobil sedan berwarna hitam. Menanti kehadiran Zarro.

Sedangkan aku, yang kulakukan hanyalah memejamkan mata seraya berkomat-kamit membaca doa untuk menghilangkan grogi. Sesekali kuusapkan selembar tisu pada kedua telapak tanganku yang berkeringat dingin. Ya ampun, aku tidak menyangka kalau aku akan senervous ini! Huh, aku benar-benar gugup. Bagaimana mungkin aku dapat menyeret Zarro untuk pergi bersamaku sedangkan tanganku saja bergetar hebat seperti ini?

Dewa Neptunus, tolong aku!!

Jantungku tambah berdegup dengan kencang saat Wanda dan Liana meneriaki nama Zarro. Mereka berdua menarik tanganku supaya cepat keluar dari tempat persembunyian. Tapi aku tetap tak bergeming.

“Ara! Cepetan! Itu pangeran lo udah dateng. Cepet samperin keburu orangnya pergi bego!” Dua gadis yang hampir mirip itu tak henti-hentinya menarik tanganku untuk berdiri. Tapi aku tetap saja jongkok dan menyembunyikan wajahku dibalik kedua lututku.

“yah.. yah.. itu pangeran lo udah masuk mobil!” ucap Wanda dengan tampang menyesalnya. Seketika aku jadi amat penasaran. Aku mulai berdesakan dan bergabung dengan mereka untuk mengintip. Dan tepat pada saat itulah tangan-tangan licik mereka mendorong tubuhku sehingga  keluar dari tempat persembunyian. Aduhh.. Sial!

‘tanggung! Terlanjur basah, nyemplung aja sekalian’ akhirnya, dengan mengumpulkan segenap keberanian aku berjalan perlahan menuju tempat di mana mobil Honda jass Zarro di parkirkan. Lewat kaca mobil, aku mengintip dengan hati-hati.

‘hey! Apa-apaan ini?’ tubuhku lemas seketika menyaksikan kejadian yang terpampang jelas di depan mataku. Speechless. Mulutku terkunci rapat. Hatiku seakan tercabik-cabik dengan kasar. Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan? Tubuhku tetap berdiri kaku menyaksikan semuanya.

Aku memang masih kelas dua SMA, tapi otakku cukup dapat menelaah kegiatan dua pasang anak manusia di dalam sana.Entah mengapa, walaupun tulang-belulangku rasanya remuk tak tersisa, tapi aku masih saja memperhatikan dua orang itu, dari mulai mereka meniup lilin di atas roti kecil bersama-sama, sampai saat mereka berciuman lekat.

Pandanganku mengabur bersama butiran kristal bening yang memenuhi pelupuk mataku. Dan aku masih tetap diam saat mata hazel Zarro menatap kaget kearah tempatku berdiri. Aku terlalu syok sampai-sampai otakku tidak mau lagi bekerja dengan baik.

‘apa yang kutunggu?’ aku benar-benar marah. Marah pada otakku yang terus memaksaku untuk menyaksikan kejadian menjijikkan itu. Juga marah pada kakiku yang masih saja diam ditempat. Kenapa tidak lari saja?

Kulihat Zarro turun dari mobinya dan menatapku dengan pandangan yang sulit ditebak. Sedangkan aku, keadaanku benar-benar jauh dari kata ‘baik-baik saja’. Mataku sudah tak dapat lagi membendung air mata yang terlampau banyak melebihi kadarnya.

“kita putus Zarro!” ucapku pelan, namun penuh akan ketegasan.

***

Ini hidup! Hidup yang kita tidak pernah tau bagaimana endingnya. Tidak bisa kita rencanakan alurnya. Sulit untuk kita atur settingnya.
Ini hidup. Hidup yang bahkan bisa lebih kejam dari apa yang sanggup kita bayangkan.
Ini hidup. Hidup yang nyata. Bukan dongeng, apalagi drama Korea!!

~THE END~


Hehe, maaf, abal-abal lagi :D

No comments:

Post a Comment